Bunga Mawar





Genre: Fantasi

Karya: Emy Ernawati

Harum semerbak berbagai bunga yang ada di taman menyeruak sampai ke dalam gelombang alfa, hingga membuat rileks siapa saja yang menghirup udara di sana.

"Merah, putih, pink dan ada yang hitam. Mawar melati semuanya indah." Senandung Cicik menggelegar kebun kecil milik pamannya, Jamil.

"Lho lho kok jadi gitu lagunya? Nadanya pakai pelangi-pelangi, trus disambung lihat kebunku. Cik Cicik kamu memang lucu hahaha," tawa paman Jamilpun pecah.

"Ya ndak papa toh, terserah aku," sahut Cicik sambil mencium bunga mawar merah.

"Yaudah, kita masuk rumah dulu yuk. Tantemu bikin brownis kesukaanmu lho."

"Brownis? Let's go uncle!" Teriak Cicik sambil berlari.

"Pyuh ..."

"Ngapain kamu War?" Tanya Krisan pada Mawar Merah.

"Alhamdulillah, bisa ngomong lagi, soalnya sedari tadi kayak patung," jawab Mawar Merah.

"Iyalah, tahu sendiri kalau ada manusia kita harus mode patung," sahut Melati.

"Ya gak papalah, yang penting bunga mawar merah adalah ratunya bunga." Kata Mawar Merah dengan gaya ala sosialita.

"Hmm sombongnya. Coba tunjukan data yang menyatakan bahwa Mawar Merah adalah ratu dari bunga-bunga?" Tanya Melati sangsi.

"Wo ya jelas ada dong. Nih denger baik-baik ya. Hello para bunga di sini, dengerin yah, si ratu bunga mau cerita nih."

"Heleh, cepet buran, gak usah prolog selaga!" Sanggah bunga Melati.

"Okay, dengerin ya sis. Jadi, dulu nenek moyang aku Mbah Mawar Merah itu pernah viral dalam kisahnya Syekh Abdul Qodir Al Jailani lho," ungkapnya begitu menggebu.

"Ah masak? Yang bener kamu? Bukankah Syekh Abdul Qodir Al Jaelani itu wali Allah yang sangat terkenal itu kan?" Tanya Krisan tak percaya.

"Wo ya jelas, masak kamu ndak tahu toh? Seluruh dunia juga pasti pada tahu itu," kata Mawar Merah terheran-heran karena tetangganya yang tidak tahu.

"Okelah, sekarang sudah tahu. Lanjut!"

"Nah, kala itu Syekh Abdul Qadir Al Jailani akan pergi ke Baghdad. Ketika sudah sampai di Baghdad, Syekh Abdul Qodir Al Jaelani malah dilarang masuk kota tersebut. Beliau malah diberi gelas yang berisi penuh air putih. Kalian tahu siapa yang melarang beliau masuk?" Tanya Mawar Merah mengetes bunga-bunga yang lain.

"Security." Jawab Melati.

"Bukan."

"Prajurit raja."

"Bukan juga."

"Lha terus siapa?" Tanya Anggrek kepo.

"Yang melarang masuk adalah orang-orang berilmu yang ada di kota Baghdad." Jawab Mawar Merah santai.

"Apa? Kok bisa? Tanya Melati.

"Wo ya bisalah."

"Rah, tanya aku. Trus hubungannya dengan Mbahmu Mawar Merah apaan?" Tanya Anggrek tak sabar.

"Pertanyaan bagus Anggrek. Sabar ya, nanti ada kok. Okay tak lanjut ya."

"Jadi, para ilmuwan yang ada di kota Baghdad itu melarang Syekh Abdul Al Qodir Jaelani masuk kota Baghdad. Kata mereka, tidak ada tempat untuk Syekh Abdul Qodir Al Jaelani. Karena mereka takut, jika disaingi oleh beliau. Kemudian Syekh Abdul Qodir Al Jaelani pun mengambil gelas yang berisi air putih dan berkata bahwa Baghdad itu ibarat gelas ini, dan ilmuwan yang ada di Baghdad adalah airnya. Lantas beliau mengambil bunga mawar merah atas ijin Allah dan memasukkan kelopaknya ke dalam gelas tersebut. Air tersebut berubah menjadi wangi karena bunga mawar tadi. Dan kalian tahu apa yang dilakukan oleh para ilmuwan setelah mengetahui hal itu?"

"Apa?" Tanya Melati, Krisan, dan Anggrek kompak.

"Mereka langsung meminta maaf kepada Syekh Abdul Qodir Al Jaelani. Karena, bunga tadi tidak akan membahayakan air yang berada di dalam gelas. Justru bunga tersebut memberikan bau harum pada air hambar tadi. Tahukan maksudnya? Jadi, ya begitulah kisahnya. Kejadian itu jadi viral deh."

"Hmm gitu aja sombong. Kan itu Mbah kamu, bukan kamu," kilah Melati.

" Eh bukan hanya itu aja lho sis. Bahkan dalam Al-Qur'an itu disebutkan kata 'Mawar Merah'. Kalau nggak percaya lihat aja surat Ar-Rohman ayat 37."

"Eh Melati, coba deh kamu baca!" Saran Krisan yang memang baru belajar iqro'.

"Okelah. فَإِذَا ٱنشَقَّتِ ٱلسَّمَآءُ فَكَانَتْ وَرْدَةً كَٱلدِّهَانِ. Artinya: Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak."

"Kan benerkan," kata Mawar Merah bangga.

"Eh, Mawar Merah kamu tuh seharusnya jadi kayak aku putih nggak sombong walau punya kelebihan yang banyak," kata Melati tak terima.

"Lho lho kok kamu nyolot gitu to Mel."

"Nyolot gimana, orang diam di sini juga," jawab Melati santai.

"Eh beneran ya, kamu itu juga nggak boleh ngatain-ngatain sembarangan gitu. Kamu itu tercipta putih bersih, jadi jangan kotori dengan kenyolotan-kenyolotan kamu itu ya. Yang ada nanti putihmu jadi bernoda hahaha," tawa Mawar Merah kegirangan.

Tiba-tiba Cicik datang bersama Paman Jamil. Para bungapun berubah mode menjadi mode patung kembali. Cicik begitu terpesona dengan keindahan bunga krisan yang ada di depannya.

"Paman, boleh ya aku bawa pulang bunga krisannya. Habis bunga mawar yang ada di vas bunga udah kering semua. Wih, pasti cantik nih kalau di taruh di vas bunga yang ada di meja belajarku," rengek Cicik.

"Oh tentu, ambillah yang kau sukai," jawab Paman Jamil sambil tersenyum.

Ketika akan memetik bunga krisan, tiba-tiba jemarinya berhenti. Dia terpaku dengan mawar merah yang berada di samping bunga krisan.

"Eh nggak jadi yang ini, aku mau yang mawar merah saja ya Paman Jamil." Tanpa menunggu jawaban, Cicik pun langsung menyomot mawar merah.

"Hmm senangnya keponakan paman. Eh iya, tolong ini kasihkan bundamu ya. Katanya tadi nitip bunga melati buat pengahrum kamar. Pasti melati yang dulu sudah kering juga."

"Oke Pamanku. Eh Paman kenapa bunga yang dulunya cantik-cantik ini lama-lama bakal layu dan kering?" Tanya Cicik polos.

"Hmm iyalah, itu kuasa Allah SWT untuk menunjukkan bahwa bunga itu termasuk ciptaanNya yang bisa layu dan kering. Mereka itu makhluk, seindah apapun mereka kala hidup, mereka pasti juga akan mengalami kering dan mati. Hal itu menyadarkan kita bahwa hanya Allah SWT yang berhak sombong dan hanya Allah SWT yang kekal. Begitu cantik."

"Oh ya ya. Manusia gitu juga ya Paman?"

"Oh ya tentu. Maka dari itu kita ndak boleh sombong dengan apa yang kita punya. Karena semua ini hanya titipan, ketika kita tua dan mati, semua yang kita punya tidak akan dibawa kecuali amal kita."

"Iya paman. Terimakasih atas nasihatnya. Cicik suka deh berkunjung ke rumah Paman, selain dapat bunga, kue juga dapat makanan rohani hehe."

"Alhamdulillah anak pintar."

" Iya dong Cicik kan sudah naik kels 3 SD."

Merekapun pergi meninggalkan taman menuju garasi sambil mententeg bunga-bunga yang telah dipetik. Para bunga yang berada di taman meneteskan air mata mendengar pembicaraan Cicik dan Paman Jamil serta kepergian teman mereka.

2 Komentar

  1. manteb mbak Emy, aku bisa liat bunga mawar dalam tulisanmu

    BalasHapus
  2. Bagus, semoga bisa lebih baik lagi untuk kedepannya. Oiya jan lupa kunjungi blog saya siapa tau cocok buat anda semua

    BalasHapus

Terlama